Pura Luhur Pucak Padang Dawa yang terletak di Desa
Bangli, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Bali. Letaknya sangat strategis diujung lembah hijau dan penuh hembusan angin
mendesir. Seiring dengan nama Padang
Dawa secara etemologi gramatikal dapat diartikan antara lain : Padang berarti
Galang, Cahaya, sinar, bawa, dan percikan .Dawa berarti panjang, dan luas.
Sehingga Pucak Padang Dawa dapat didepinisikan sebagai berikut : Pucak yang letaknya ditengah-tengah
Pulau Dewata ini yang mempunyai pancaran
sinar yang luas dan menjulang tinggi.
Mitologi Pura tersebut dapat dibaca pada Purananing Kanda Dewa Bangsul
Sari Manik Pura Tuluk Biyu Kintamani Batur, di ataranya sebagai berikut :
menjelang tahun Caka 11 bertepatan pada Hari Kamis Keliwon Wara merakih Tilem
ke Dasa ( Rah 1 tenggek 1 ) terciptalah beberapa bukit pucak dan gunung di
Benoa Bangsul ini oleh kekuatan kedua Putra Hyang Siwa Pasupati yakni Ida Hyang
Dewi Danuh bersama Putran Jaya yang memutar serpihan Pucak Manik Gunung Semeru diantaranya adalah
Gunung Tohlangkir, Gunung Batukaru, Gunung Masehi Gunung Silangjana Bukit Sangkur, Pucak
Pengelengan, Pucak Padang Dawa yang letaknya secara giografis tepat
ditengah-tengah Pulau Bali ini. Setelah terwujudnya kekuatan-kekuatan magisnya
kedua putra Sanghyang Pasupati tersebut pernah terjadi tragedi yang sangat
memperihatinkan di Benoa ini tertimpa oleh wabah penyakit yang disebabkan oleh
kekuatan magis dari Durga Kala Joti Srana. Sehingga pada saat itulah Bhatara Gede Sakti yang bersetana di Pucak
Padang Dawa merasa kasihan melihat benoa beserta penghuninya tersiksa durjana
kemelaratan, akhirnya beliau berkenan menyelamatakan dengan kekuatan batin atau
adnyananya dengan angarangsuk Buddha Berawa yang berwujud barong. Pada saat itu
akhirnya Bhatara Gede Sakti bertemu dengan Hyang Welaka yang perawakannya hitam, rambutnya keriting berwarna merah, matanya besar dan melotot kemerahan,
badanya besar dan tinggi dengan memakai senjata pedang dangastra. Hyang Wulaka
tersebut menguwasai ilmu kediyatmikan, sakti dan mengusai segala jenis
kesidimandian. Terhadap adanya kejadian tragis seperti itu maka para bala
rencang Hyang Wulaka semuanya nyeruti Rupa berubah wujud menjadi bermacam-macam
barong diantaranya barong rentet, barong landung, barong bangkal, barong
landung, barong naga dan lainnya bersama Bhatara gede sakti ngawa Rat turun
menyelamatkan bumi beserta isinya.
Itulah sebabnya untuk di daerah Bali Tengahan pada umumnya
pralingga-pralingga Bhatara Gede Sakti yang berupa barong datang ke Pura Pucak
Padang Dawa untuk mendapatkan kekuatan magis serta kesidimandian melalui memohon yasa kerti pasupati di Pura
tersebut.
Oleh karena merupakan stana dari Bhatara Gede
sakti Ngawa Rat sumber dari segala jenis taksu, dewanya taksun balyan, balyan
konteng, balyan ketakson, balyang engeng, dan dewanya taksu dari segala jenis
taksun kesenian, topeng, baris, serta sumber dari ilmu usadha untuk wilayah
Bali, ( satungkebing hoyeng Bangsul ).
Desa Pakraman di Bali jika tertimpa oleh wabah penyakit yang bersumber
dari kekuatan magisnya Durga Kala Joti Srana maka melalui nedunang tapakan
atau pralingga - pralingga Bhatara Gede
Sakti di perempatan jalan, dengan
menghaturkan laba serta upakara sesuai dengan kebiasaan Desa Pakraman setempat. Sehingga wabah penyakit akan
bersipat netral dan kembali kepada asalnya.
Demikian diataranya bagian yang
penting kesidiadnyananing Bhatara Gede Sakti beserta para bala dan rencanganya
yang bersetana Di Pucak Padang Dawa.
Pujawali
:
Pujawali di Pura Luhur Pucak Padang Dawa
diselenggarakan setiap hari Rabo, Keliwon, Pahang selalu didatangi oleh ribuan
umat dan puluhan barong bahkan sampai 90 barong dari 128 Desa Pekraman
sedangkan umat yang datang pedek tangkil ke Pura tersebut bukan hanya pada
waktu Odalan namun setiap hari. Dengan menghaturkan sesajen di kelima pelinggih
yang ada hususnya di Beji tempat pangelukatan sering didatangi oleh umat
husunya pada setiap bulan Purnama dan tilem.
0 komentar:
Posting Komentar